BERIKAN INFORMASI CUACA YANG AKURAT DAN TERPERCAYA AGAR TEMAN KITA SELAMAT SERTA TERCIPTA PROFESIONAL KERJA
toolbar powered by Conduit

Kamis, 22 April 2010

CUACA DAN IKLIM

Pengertian Cuaca dan Iklim

Penulis : Dra. Cut Meurah Regariana
Penyunting Materi : Drs. Eko Triraharjo, M.Pd.

Penyunting Media : Drs. Waldopo, M.Pd.
        Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbedabeda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan. Untuk negara negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat (tepat). Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai.
Perlu Anda ketahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut Meteorologi.

Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara dan curah hujan.

1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendakigunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah :
a. Lama penyinaran matahari.
b. Sudut datang sinar matahari.
c. Relief permukaan bumi.
d. Banyak sedikitnya awan.
e. Perbedaan letak lintang.

2. Tekanan Udara
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai berat dan tekanan. Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya adalah barometer raksa. Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah
apabila semakin tinggi dari permukaan laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb).

1 mb = 4/3 mm tekanan air raksa (t.a.r) atau 1.013 mb = 76 cm t.a.r. = 1 atmosfer

Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut isobar. Bidang isobar ialah bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan udara sama. Jadi perbedaan suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara. Daerah yang banyak menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu :
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin 

     a. Kekuatan Angin
       Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya. Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak15 meridian (111 km).
      b. Arah Angin
          Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat. 
    1 derajat untuk angin arah dari Utara.
  90 derajat untuk angin arah dari Timur.
180 derajat untuk angin arah dari Selatan.
270 derajat untuk angin arah dari Barat.
Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan ke mana angin itu bergerak.
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.

Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)

Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya. Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau ke atas.

       c. Kecepatan angin
           Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin dekat ke arah kutub. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer. Anemometer Instrumen yang mengukur kecepatan angin atau kecepatan dan arah angin. Piala anemometer digunakan untuk mengukur angin dengan kecepatan dari kecepatan rotasi kincir angin yang terdiri dari 3 atau 4 cangkir hemispherical atau kerucut, masing-masing tetap sampai ke ujung lengan horizontal menempel pada sumbu vertikal. anemometer Byram adalah berbagai dari anemometer cangkir. Menghitung anemometer memiliki cangkir atau penggemar rotasi yang ditransmisikan ke counter teknis yang terintegrasi langsung kecepatan gerakan udara. Tangan adalah anemometer anemometer portabel kecil diadakan di lengan panjang oleh seorang pengamat membuat pengukuran kecepatan angin. Tekanan tabung anemometer (Dines anemometer) merupakan instrumen yang berasal dari pengukuran kecepatan angin dari tekanan angin yang dinamis. Angin bertiup ke dalam tabung yang mengembangkan tekanan yang lebih besar dari tekanan statis, sementara angin bertiup di tabung mengembangkan tekanan yang kurang dari statis. Perbedaan tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan angin.
Lintang tempat    Kecepatan linier
0o(ekuator)          461 meter/detik
30o                       402 meter/detik
60o                       232 meter/detik
90o(kutub)                0 meter/detik
3. Kelembaban Udara
Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan samudra (sumber yang utama). Sumber lainnya berasal dari danau-danau, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau psychrometer.

Ada dua macam kelembaban udara:
1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan alam persen (%).

Contoh:
Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20o C terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14 gram), sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya pada suhu 20o C = 20 gram.
Jadi kelembaban relatif udara itu = 20/14 x 100% = 70%

 4. Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
- bentuk medan/topografi,
- arah lereng medan,
- arah angin yang sejajar dengan garis pantai,
- jarak perjalanan angin di atas medan datar.
 
Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama disebut Isohyet.

Klasifikasi hujan 
 
a. Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:
1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm;
2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih 7 mm.
 
b. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
1) Hujan Frontal hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda temperaturnya. Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa udara dingin/padat sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan.
2) Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi. Disebut juga hujan zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.
3) Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis,
sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah bayangan hujan. 

5. Awan
 Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.

a. Menurut morfologinya (bentuknya) Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal (bundar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.
3) Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.

b. Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan. 

2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
b) Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.

3) Awan rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpal-gumpal.
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.
c) Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.

4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500 m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya rata.
b) Cumulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas dan sebagian telah merupakan hujan, sering terjadi angin ribut. 

Senin, 19 April 2010

       Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan lautan. Sehingga sumber daya kelautan seharusnya dapat dimanfaatkan dengan optimal. Jika kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi, maka hasil laut ini dapat dimanfaatkan untuk diekspor sehingga dapat mendatangkan tambahan devisa bagi negara. Selain itu, Indonesia merupakan daerah dengan gugusan pulau yang sangat banyak. Sehingga, sarana transportasi laut merupakan pilihan utama untuk transportasi antar pulau. Keadaan cuaca merupakan faktor utama keselamatan untuk nelayan dan aktifitas pelayaran. Untuk itu diperlukan suatu sistem teknologi yang dapat mengetahui keadaan cuaca nasional dengan tepat. Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan jawaban atas masalah ini. Satelit merupakan kebutuhan yang tidak bisa dielakkan lagi pada saat sekarang ini. Kemampuan satelit mengalami peningkatan yang luar biasa. Mulai dari penggunaan satelit untuk pencarian sumber daya alam, komunikasi data dan telepon hingga penggunaan satelit untukkebutuhan militer. Kelebihan utama data satelit ini adalah kecepatan dalam memperoleh data dengan cakupan luas. Satelit NOAA (US National Oceanographic and Atmospheric) merupakan salah satu satelit yang sangat luas digunakan dalam teknologi pengindraan jauh. Satelit ini mampu memantau wilayah perairan Indonesia dengan luas cakupan (swath width) 2400 km. Dalam satu hari, satelit NOAA melewati Indonesia dua, tiga atau empat kali. Berdasarkan hal tersebut, satelit ini sangat baik untuk kepentingan pemantauan cuaca dan lingkungan serta manfaat lainnya yang dapat dipetik.
        Awan merupakan indikator utama dalam  menentukan  keadaan cuaca di suatu daerah dan
masing-masing jenis awan mempunyai arti yang  berbeda. Adanya awan cumulonimbus dengan
bentangan awan yang cukup luas pada suatu daerah dapat diasumsikan sebagai indikasi keadaan cuaca buruk karena akan turun hujan lebat. Awan stratocumulus menandakan daerah tersebut cenderung hujan gerimis. Namun, sering kali awan ini merupakan tanda bahwa cuaca yang lebih buruk akan datang. Awan cirrus tidak membawa hujan, namun jika banyak terdapat awan cirrus di atmosfer merupakan tanda bahwa 24 jam ke depan akan terjadi perubahan cuaca.
Baca Selengkapnya......... 

Jumat, 02 April 2010

Indonesia Negeri Petir

Di sini petir-petir menyambar sepanjang tahun. Mereka menyengat apa saja. Mulai dari pohon, bangunan tinggi, hingga orang. Mau tahu nama negerinya? Hmm, ternyata kita kenal baik dengan tempat itu. Bahkan tinggal di dalamnya. Yap, negeri petir itu bernama Indonesia.

Indonesia bisa dibilang sebagai surganya petir. Kenapa? Karena Indonesia memiliki semua bahan yang diperlukan petir untuk membentuk diri.
Wilayah Indonesia yang terdiri atas darat dan laut, terbentang luas sepanjang 5.110 kilometer dari barat hingga timur khatulistiwa. Garis meridiannya
sendiri membujur dari utara ke selatan sepanjang 1.888 km.

Luasnya wilayah darat dan laut Indonesia, membuat bahan-bahan pembentuk petir tersedia dalam jumlah melimpah. Seperti udara naik, kelembaban, dan partikel bebas atau aerosol. Karena itu nggak mengherankan kalo Indonesia merupakan salah satu tempat di dunia yang memiliki hari sambaran petir tertinggi di dunia. Bahkan Indonesia juga memiliki tempat-tempat favorit petir. Berikut tiga di antaranya.
1. Kota Bogor

Bogor identik dengan sebutan kota hujan. Nggak mengherankan, karena curah hujan pertahunnya rata-rata 2.500 mm-4.400 mm. Kota yang dikelilingi Gunung salak, Pangrango dan Gunung Gede ini juga memiliki kelembapan cukup tinggi. Yakni, sekitar 40% dengan suhu rata-rata 26 derajat Celcius. Konon, dalam 365 hari setahun, petir menyambar-nyambar di langit Bogor sebanyak 322 hari.
2. Kalimantan Tengah

Propinsi ini memiliki sambaran petir sangat banyak. Dikarenakan awan petir yang terbentuk relatif rendah, yakni sekitar 900 kaki saja dari permukaan tanah. Potensi terjadinya petir semakin besar karena topografi daerah ini datar dan tingkat elevasinya (ketinggian) rendah. Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, mencatat sambaran petir di daerah ini bisa mencapai 90 ribu kali sehari. Baik sambaran dalam awan sendiri, dari awan ke awan, awan ke udara, maupun dari awan ke tanah.
Dalam bulan November 2007 lalu rata-rata tiap hari di wilayah Kalteng terjadi 17.385 kali sambaran petir atau tiap menit terjadi petir sebanyak 12,1 kali. Sambaran petir tertinggi dalam bulan itu mencapai 95.855 kali per hari dan terendah 63 kali per hari. Tingginya frekwensi petir ini membuat Kalimantan Selatan dijuluki Tunjung Nyaho, dalam bahasa Dayak. Nyaho artinya petir.
3. Depok

Bila di Kalimantan tengah, petir menyambar paling banyak, maka di Depok, petir menyambar dengan energi paling tinggi di dunia.
arus petir negatif di Depok mencapai kekuatan 379,2 kiloampere, sedang arus positifnya mencapai 441,1 kiloampere. Dengan kekuatan sehebat itu, satu sambaran petir bisa menghancurkan bangunan terbuat dari beton sekalipun.

Copied from bolehtau.wordpress.com